Loading

Sabtu, 11 Januari 2014

KIAT SEDERHANA TANGKAL RADIKAL BEBAS
Dalam dua dasawarsa terakhir, pemahaman mengenai mekanisme gangguan kesehatan berkembang, terutama yang berhubungan dengan penyakit degeneratif.  Maka pemahaman seputar radikal bebas dan antioksidan pun berkembang lebih luas.
Proses metabolisme tubuh selalu diiringi pembentukan radikal bebas, yakni molekul-molekul yang sangat reaktif.  Molekul-molekul tersebut memasuki sel dan “meloncat-loncat” di dalamnya.  Mencari, lalu “mencuri” satu elektron dari molekul lain untuk dijadikan pasangan. Pembentukan radikal bebas dalam tubuh pada hakikatnya adalah suatu kejadian normal, bahkan terbentuk secara kontinyu karena dibutuhkan untuk proses tertentu, di antaranya oksidasi lipida.
Tanpa produksi radikal bebas, kehidupan tidaklah mungkin terjadi.  Radikal bebas berperan penting pada ketahanan terhadap jasad renik Dalam hati dibentuk radikal bebas secara enzimatis dengan maksud memanfaatkan toksisitasnya untuk merombak obat-obatan dan zat-zat asing yang beracun.
Namun pembentukan radikal bebas yang berlebihan malah menjadi bumerang bagi sel tubuh, karena sifatnya yang aktif mencari satu elektron untuk dijadikan pasangan.  Dalam pencariannya, membran sel dijebol dan inti sel dicederai.  Aksi ini dapat mempercepat proses penuaan jaringan, cacat DNA serta pembentukan sel-sel tumor. Radikal bebas juga “dituding” dalam proses pengendapan kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
Tubuh memerlukan bala bantuan untuk mengendalikan jumlah radikal bebas yang melampaui kebutuhan itu, yaitu antioksidan yang sebenarnya sudah terbentuk secara alamiah oleh tubuh.  Berdasarkan sifatnya, antioksidan mudah dioksidasi (menyerahkan elektron), sehingga radikal bebas tak lagi aktif mencari pasangan elektronnya.
Unsur antioksidan yang terpenting adalah yang berasal dari vitamin C, E dan A serta enzim alamiah. Demi memenuhi tuntunan itu, berbagai upaya dilakukan, misalnya dengan mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur yang kaya akan vitamin dan mineral tertentu.  Ada pula yang menempuh cara lebih praktis, yaitu mengonsumsi suplemen, baik yang berbahan dasar alami maupun yang sintetis.
Belum banyak yang memahami benar seberapa banyak kebutuhan tubuh kita akan vitamin A, C dan E yang dikelompokkan sebagai antioksidan.  Sebagai contoh masih terdapat perbedaan pendapat tentang dosis Vitamin C yang perlu dikonsumsi setiap hari.  Sebagian pakar merekomendasikan cukup 60–70 mg, dengan alasan cukup untuk kebutuhan setiap hari.  Jika mengonsumsi berlebih akan terbuang dalam urin. Sedangkan yang lain menganjurkannya 500–1.000 mg agar Vitamin C bukan sekedar memenuhi kebutuhan tubuh untuk stimulasi proses metabolisme, tetapi benar-benar dapat berfungsi sebagai antioksidan.
Beberapa pakar nutrisi berpendapat, bahwa kecukupan antioksidan dapat diperoleh dengan cara  menjaga pola makan bergizi seimbang. Namun, pada kenyatannya tidak banyak yang dapat melakukannya setiap hari.  Sebagai contoh, bagi kalangan berpendapatan kelas menengah-bawah buah-buahan yang dijual pada umumnya relatif mahal, sehingga kebutuhan akan vitamin yang tergolong anti oksidan menjadi berkurang.  Mereka berpendapat dapat digantikan dengan suplemen yang lebih murah. Namun keunggulan suplemen ini tetap kalah jika dibandingkan dengan makanan alami, karena pada yang alami terdapat vito chemicals, yaitu sekumpulan bahan-bahan kimia yang mempunyai fungsi belum diketahui secara rinci.
Ada pula yang berpendapat, dalam mengonsumsi suplemen, mengambil dosis yang moderat, artinya tidak menggunakan vitamin dengan dosis terlalu tinggi, contohnya 500 mg Vitamin C setiap hari.  Penggunaan dosis tinggi dianggap tidak baik bagi kesehatan, apalagi digunakan dalam jangka panjang. “Beberapa studi menunjukkan, dosis terlalu tinggi mengubah sifat antioksidan menjadi prooksidan,” peringatan dr Benny Soegianto, MPH. (alm) dalam sebuah wawancara dengan reporter majalah kesehatan tujuh tahun silam.  Kendatipun demikian sampai saat ini masih banyak konsumen yang tergoda untuk rutin memakai dosis tinggi karena terbuai janji khasiatnya sebagai penghambat proses penuaan.
Tubuh kita sendiri, lanjut dr Benny seringkali mampu memberikan sinyal kekurangan vitamin tertentu.  Sebagai contoh, jika Vitamin B dan C dalam kurun waktu tertentu tidak cukup dikonsumsi dan tubuh sedang bekerja keras, maka akan timbul sariawan dan tubuh akan terasa pegal.  Oleh karenanya kecukupan kedua macam vitamin tersebut perlu dijaga dengan cara–suka tidak suka- mengonsumsi buah segar setiap hari dalam porsi yang memadai.

Kamis, 09 Januari 2014

PENGGUNAAN KAPSUL VITAMIN A DOSIS TINGGI SECARA AMAN
Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau lebih rendah) yang dilakukan secara berkala kepada anak, dimaksudkan untuk menghimpun cadangan Vitamin A delam hati, agar tidak terjadi kekurangan vitamin A dan akibat buruk yang ditimbulkannya, seperti xeroptalmia, kebutaan dan kematian. Cadangan vitamin A dalam hati ini dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan.
Pemberian kapsul vitamin A 200.000 SI kepada anak usia 1-5 tahun dapat emberi perlindungan selama 6 bulan, tergantung berapa banyak vitamin A dari makanan sehari-hari dikonsumsi oleh anak dan penggunaannya dalam tubuh.
TANYA JAWAB TENTANG HIPERVITAMINOSIS VITAMIN A
1.a. Apakah kapsul vitamin A 200.000 SI berbahaya bila diberikan kepada anak umur 1 tahun yang telah cukup mengkonsumsi makanan-makanan sumber vitamin A ?
Tidak. Pada anak-anak, dosis tunggal vitamin A 200.000 SI masih dibawah maksimum daya simpan hati. Kira-kira 50 % dari dosis yang akan disimpan dalam tubuh anak.
1.b Apakah pemberian itu justru akan menolong?
Ya, untuk mencegah kekurangan vitamin A dan akibat-akibatnya termasuk xeroftalmia dan meningkatnya kemaian, sekiranya masukan suplai vitamin A melalui makanan menurun oleh karena berkurangnya nafsu makan, karena sakit. Setelah beberapa waktu menderita kekurangan vitamin A dan/atau menderita penyakit infeksi, cadangan vitamin A yang ada dalam hati cepat sekali terkuras
2.a. Jika seorang anak umur 1 tahun telapak tangannya kekuning-kuningan apakah ini tanda kebanyakan karoten ?
Hal itu merupakan suatu kemungkinan, tetapi sangat jarang terjadi, bahwa pada umur tersebut seorang anak dapat/akan mengkonsumsi karoten dalam jumlah yang dapat menyebabkan perubahan warna kulit.
2c. Apakah kapsul vitamin A dosis 200.000 SI membahayakan?
Tidak. Suplemen kapsul vitamin A dosis tunggal 200.000 SI tidak akan membahayakan, meskipun konsumsi karoten anak tersebut telah tinggi. Hypervitaminosis tidak disebabkan karena kebanyakan konsumsi karotenoid, terutama sekali karena rendahnya tingkat konversi karotenoid menjadi vitamin A.
Catatan :
Ada berbagai bentuk vitamin A. Bentuk jadi vitamin A (retinol) terdapat pada mamalia dan ikan. Karotenoid adalah bentuk provitamin A yang terdapat dalam sayur-sayuran daun berwarna hijau tua dan beberapa buah-buahab berwarna, yang didalam didinding usus diubah menjadi vitamin A aktif. Karotenoid tidak toksis tetapi dapat mewarnai jaringan lemak dan menyebabkan kulit berwarna kekuning-kuningan apabila dikonsumsi dalam dosis yang sangat besar dan dalam jangka waktu yang lama.
3. Apakah kapsul vitamin A 200.000 SI berbahaya bagi anak umur 1 tahun yang menderita penyakit kuning (jaundice)?
Tidak. Kapsul vitamin A 200.000 SI tidak membahayakan anak umur 1 tahun yang menderita penyakit kuning. Penyakit kuning disebabkan karena kerusakan sel-sel darah merah dalam jumlah yang berlebihan, peradangan hati dan/atau penyumbatan dalam hati. Pada semua tipe penyakit kuning, pengobatan harus ditujukan kepada penyebabnya, bukan pada gejalanya. Suplementasi vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, dianjurkan.
4. Apa yang akan terjadi bila bayi umur 6 bulan mendapat vitamin A 200.000 SI ?
Bayi umur dibawah 6 yang mendapat dosis tunggal lebih dari 100.000 SI mungkin akan mengalami penonjolan ubun-ubun (bagian lunak pada kepala bayi). Tetapi keadaan ini hanya terjadi pada sebagian kecil bayi (<1%). Penonjolan ini akan membantu menghilangkan tekanan intrakranial yang hanya sedikit meningkat. Tanda-tanda ini hanya sementara dan hilang dalam waktu 2 hari. Jika anak mengkonsumsi vitamin A dosis lebih dari 200.000 SI, maka anak akan merasa agak mual, muntah atau sakit kepala. Hasil ini terjadi pada 5-20 % anak-anak yang mendapat 300.000 SI – 400.000 SI sekali minum. Dosis yang lebih besar dalam jangka waktu yang lebih sering dapat menimbulkan efek samping dan harus dihindari
5. Pemberian vitamin A dosis 50.000 IU kepada bayi umur 6 minggu katanya dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat disembuhkan. Apakah betul ?
Pedoman WHO (“Field guide to the detection and control of Xerophthalmia, WHO, 1982”) menganjurkan agar anak-anak diberi vitamin A 50.000 IU pada saat lahir (atau 25.000 IU pada kunjungan EPI (kontak imunisasi), yaitu 4 kali dalam umur 6 bulan pertama) untuk mencegah kekurangan vitamin A dan meningkatkan cadangan vitamin A dalam hati.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin A 50.000 IU dosis tunggal kepada anak -anak di bawah umur 1 bulan tidak menunjukkan, bahwa efek samping. Khususnya, data yang diperoleh dari ribuan anak-anak di Nepal menunjukkan bahwa neonatus (umur < 1 bulan) tahan terhadap dosis tunggal 50.000 IU tanpa tanda-tanda terjadi efek kelebihan. Hanya sedikit sekali dari bayi-bayi usia 1-5 bulan yang mendapat dua kali jumlah ini (100.000 IU sebagai dosis tunggal) yang menunjukkan sedikit penonjolan ubun-ubun (+0.5 %) dan muntah-muntah (+2.0 %). Efek samping terjadi hanya untuk sementara.
6. Apakah bayi dapat mengalami kelebihan vitamin dari ASI, sekiranya ibunya mengkonsumsi terlalu banyak vitamin A ?
Tidak. Telah dibuktikan bahwa ibu menyusui serta bayinya akan memperoleh keuntungan jika ibu mendapat vitamin A oral 200.000 IU dosis tunggal segera setelah melahirkan (dalam waktu 1 bulan/masa nifas) Ini akan menjamin jumlah vitamin A yang cukup dalam ASI untuk membantu memenuhi kebutuhan anak. Jumlah vitamin A dalam ASI tidak akan mencapai kadar yang membahayakan bagi bayi, betapa banyakpun bayi itu disusui. Karena itu kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000) IU harus diberikan kepada ibu nifas.
Catatan
Meskipun konsumsi dan kadar serum vitamin A dari ibu cukup, konsentrasi vitamin A (retinol dan karoten) dalam ASI akan menurun setelah beberapa lama menyusui dan penurunan terbesar terjadi pada awal masa laktasi.
7. Jika ibu hamil mengkonsumsi terlalu banyak vitamin A, apakah ada resiko terhadap janinnya?
Ada kemungkinan terjadi resiko pada janin, bila si ibu mengkonsumsi vitamin A dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada trimester pertama. Hasil percobaan binatang menunjukkan terjadi cacat bawaan, baik akibat hipovitaminosis maupun hipervitaminosis A selama kehamilan; tetapi pada manusia hasil tersebut secara statistik tidak bermakna.
Meskipun demikian, mengingat adanya data tentang akibat tersebut diatas, baik pada manusia maupun hewan, bagi wanita-wanita usia subur yang mungkin sedang hamil (misalnya bila telah lebih 6 bulan setelah kelahiran bayi terakhir), sebaiknya hanya mengkonsumsi vitamin A dengan kadar yang secukupnya saja.
8. Apakah vitamin A aman diberikan kepada wanita hamil?
Vitamin A dosis tinggi tidak dianjurkan untuk diberikan kepada wanita hamil. Untuk menjaga kesehatan dapat diberikan dosis kecil, yaitu yang tidak melebihi 10.000 IU per hari.
9. Bagaimana dengan wanita hamil yang menderita bercak Bitot atau gejala lain dari xeroftalmia?
Jika wanita hamil menderita rabun senja atau bercak Bitot, ia harus mendapat vitamin A oral 10.000 IU tiap hari paling sedikit selama 2 minggu.
Bila terjadi xeroftalmia dengan lesi kornea yang aktif pada wanita usia subur atau pada wanita yang mungkin sedang hamil, harus dipertimbangkan antara resiko yang mungkin terjadi pada bayi akibat vitamin A dosis tinggi, dan akibat serius kekurangan vitamin A pada ibu bila ibu tidak mendapat vitamin A dosis tinggi. Menurut WHO, UNICEF dan IVACG, adalah beralasan bahwa dalam keadaan seperti ini ibu segera diberi vitamin A 200.000 IU
10. Sebagai seorang dokter dan pengelola program vitamin A, apa yang harus diketahui tentang frekuensi suplementasi vitamin A/distribusi?
Setiap anak yang membutuhkan vitamin A harus mendapat vitamin A. Ini termasuk juga anak-anak dalam masa pertumbuhan yang seharusnya mendapat vitamin A setiap 6 bulan sekali. Perlu ditambahkan, ini juga termasuk anak-anak yang beresiko tinggi, misalnya terhadap diare yang kronis, campak dan lain-lain. Sebagai contoh, seorang anak yang menderita campak dan telah mendapatkan vitamin A dosis 200.000 IU bulan yang lalu harus mendapatkan tambahan 1 kapsul vitamin A 200.000 IU dan bila perlu diberikan 1 kapsul lagi hari berikutnya. Hal ini akan meningkatkan proses penyembuhan anak dan mencegah kekurangan vitamin A serta komplikasinya.
11. Kapan “hipervitaminosis” atau kelebihan vitamin A dapat terjadi ?
Hipervitaminosis akut
Jika anak umur 1-5 tahun menkonsumsi lebih dari 300.000 IU dosis tunggal, maka mungkin akan menderita mual, sakit kepala dan anoreksia
Hipervitaminosis kronis
Bayi dan anak usia muda dapat menderita hipervitaminosis kronis, jika mereka megkonsumsi lebih dari 25.000 IU tiap hari selama lebih dari 3 bulan baik yang berasal dari makanan maupun dari pemberian suplemen vitamin.
12. Bagaimana tanda-tanda atau gejala-gejala hipervitaminosis vitamin A?
Hipervitaminosis vitamin A
Suatu kondisi dimana kadar vitamin A dalam darah atau jaringan tubuh begitu tinggi sehingga menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang tidak diinginkan
Hipervitaminosis akut
Disebabkan karena pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar, atau pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk dosis besar karena dikonsumsi dalam periode 1-2 hari.
Hipervitaminosis A akut
Pada bayi dan anak-anak biasanya terjadi dalam waktu 24 jam. Pada beberapa anak, mengkonsumsi dosis 300.000 IU atau lebih dapat menyebabkan mual, muntah dan sakit kepala. Penonjolan ubun-ubun dapat terjadi pada bayi umur kurang dari 1 tahun yang mengkonsumsi dosis yang sangat besar. tetapi ini ringan dan akan hilang seketika dalam waktu 1-2 hari. Pengobatannya adalah menghentikan suplementasi vitamin A dan pengobatan simptomatis.
Hipervitaminosis kronis
Disebabkan karena mengkonsumsi dosis tinggi yang berulang-ulang dalam waktu beberapa bulan atau beberapa tahun. Keadaan ini biasanya hanya terjadi pada orang dewasa yang mengatur pengobatannya sendiri.
Hipervitaminosis A kronis
Pada anak-anak usia muda dan bayi biasanya menyebabkan anoreksia (tidak nafsu makan), kulit kering, gatal dan kemerahan, peningkatan tekanan intra-kranial, bibir pecah-pecah, tungkai dan lengan lemah dan membengkak. Pengobatannya adalah menghentikan suplementasi vitamin A dan pengobatan simptomatis. Disamping itu hendaknya terhadap kemungkinan penyakit lain yang dapat merupakan penyebabnya.
13. Jika seseorang mengkonsumsi vitamin A dosis tinggi yang melebihi 200.000 IU, apa yang terjadi pada vitamin A yang berlebih tersebut dalam tubuh?
Sebagian besar dari vitamin A yang berlebih tersebut dalam bentuk yang tidak berubah akan dikeluarkan melalui air seni dan tinja, selebihnya disimpan dalam hati.
Dalam kasus-kasus khusus (jarang terjadi), pemberian vitamin A jangka panjang akan menyebabkan simpanan dalam hati menjadi jenuh, kadar vitamin A dalam hati dan darah akan tetap tinggi sampai tubuh menggunakan kelebihan vitamin A tersebut.
14. Apakah akan terjadi kerusakan hati yang permanen akibat vitamin A dosis tinggi?
Dengan dosis yang sangat tinggi lebih dari berbulan-bulan atau bertahun-tahun, hati dapat membesar dan berlemak. Namun demikian, hati akan kembali normal, begitu suplementasi vitamin A yang berlebihan tersebut dihentikan.
15. Berapa banyak kapsul vitamin A 200.000 IU yang ditelan sekaligus, yang dianggap toksis untuk anak umur 1 tahun yang “intake” vitamin A-nya cukup; dan untuk yang kekurangan vitamin A?
Anak umur 1 tahun tidak diberi dalam bentuk kapsul, kapsul harus dipotong dan dipencet hingga semua isinya masuk dalam mulut anak. Dengan demikian untuk menelan beberapa kapsul sekaligus tampaknya tidak akan terjadi. Pemberian isi dua kapsul sekaligus dapat menyebabkan efek samping. Efek samping ini tidak serius dan hanya bersifat sementara, baik pada anak yang kekurangan vitamin A maupun yang tidak. Namun demikan harus diusahakan agar tidak sampai memberikan 2 kapsul sekaligus.
16. Bagaimana jika umur 1 tahun menerima 2 kapsul vitamin A 200.000 IU dalam satu bulan atau dalam 24 jam?
Anak tidak akan menderita efek samping jika mendapat 2 kapsul dalam satu bulan (lihat no. 15 diatas). Anak-anak dengan xeroftalmia perlu 1 kapsul pada hari pertama dan 1 kapsul lagi pada hari kedua, dan 4 minggu kemudian 1 kapsul lagi. Anak-anak dengan campak perlu segera diberikan 1 kapsul 200.000 IU.
Jika anak mendapat 2 dosis dari 200.000 IU dalam 24 jam, anak mungkin menderita pusing, mual dan muntah. Tetapi ini akan hilang dalam 1 sampai 2 hari.
17. Bagaimana bila anak umur satu tahun menelan 10 kapsul sekaligus ?
Vitamin A 2.000.000 IU merupakan penyebab hipervitaminosis akut dan akan menyebabkan sakit kepala, pusing, mual, muntah dan anoreksia (tidak nafsu makan) yang berat. Hal ini tampaknya dalam prakteknya (pelaksanaannya) tidak akan terjadi. Ingat, kebanyakan anak umur ini tidak mengkonsumsi dalam bentuk kapsul; dan keluarga juga tidak menyimpan/mempunyai persediaan kapsul dalam jumlah besar yang mungkin dapat diambil anak
18. Berapa lama tanda-tanda atau gejala-gejala ini akan hilang setelah konsumsi vitamin A diberhentikan ?
Akut: Gejala-gejala biasanya sementara dan akan hilang dalam waktu 2 hari
Kronis: Masalah yang tampak sebagian besar akan hilang dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan
19. Saya seorang perawat, kalau saya menemui kasus dengan gejala kemungkinan (dugaan) hipervitaminosis vitamin A, bagaimana saya mengatasinya ?
Kemungkinan beasr anda tidak akan melihat kasus kelebihan dosis vitamin A. Akan tetapi kalau anda menemui kasus ini, hentikan saja pemberian vitamin A. Gejala-gejala hipervitaminosis vitamin A akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1-4 hari. Jika fasilitas memungkinkan, sebaiknya dirujuk ke Puskesmas dan dilaporkan.
20. Apakah ada resiko keracunan akibat vitamin A yang telah kadaluarsa dan apakah ada resiko pada anak jika mengkonsumsi vitamin A yang telah kadaluarsa ?
Tanda kadaluarsa produk khusus dari vitamin A yang tercantum pada kemasan menentukan akhir masa simpan dari produk tersebut (“shelf life”). Masa simpan suatu produk menyangkut periode yang telah ditentukan, dalam kondisi penyimpanan yang baik, 90 % dari potensi vitamin A yang ditetapkan masih dapat dijamin.
Idealnya kapsul vitamin A disimpan dalam suhu rendah, misalnya <15°C atau <59°F, dalam wadah yang efektif dapat mencegah terkena sinar matahari (berwarna gelap), oksigen, kelembaban, bahan-bahan oksidasi dan logam-logam.
Kapsul yang telah kadaluarsa tidak membahayakan. Akan tetapi, vitamin dalam kapsul tersebut mungkin telah berkurang dibawah nilai yang telah ditetapkan, yaitu 90%, tergantung cara penyimpanannya, sehingga tidak lagi efektif seperti yang diharapkan.
Kapsul vitamin A yang telah disimpan lebih dari 2,5 tahun pada suhu 23°C (73,4°F) dalam wadah berwarna gelap yang tertutup masih mengandung > 90% potensi semula. Pada suhu yang lebih tinggi potensi kapsul akan lebih banyak berkurang. Tak ada resiko bila mengkonsumsi kapsul yang telah lama. Akan tetapi dengan berlalunya waktu, kadar vitamin A akan makin berkurang, sehingga menjadi kurang efektif.
21. Bagaimana kita dapat menentukan kapan botol yang berisi kapsul yang telah kadaluarsa harus dibuang?
Jika dijumpai perubahan fisik pada kapsul vitamin A seperti berjamur, lembik atau saling melengket dan sulit dipisahkan satu sama lain, walaupun belum kadaluarsa sebaiknya tidak digunakan.
Jika anda mempunyai suplai kapsul vitamin A dalam botol dengan jumlah yang besar, yang sudah 1 atau 2 tahun lebih dari tanggal kadaluarsa, sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium tentang kadar retinolnya. Ini dibenarkan jika menyangkut jumlah kapsul yang besar karena biaya analisa untuk satu kapsul sama mahalnya dengan harga 3000 kapsul. Karena itu keputusan untuk melakukan analisa potensi hanya dapat dilakukan ditingkat kabupaten/propinsi/pusat.
Akan tetapi, jika tidak dilakukan pemeriksaan kadar vitamin A, maka kapsul yang dibagikan tersebut potensinya mungkin telah berkurang meskipun masih efektif untuk mencegah xeroftalmia (walaupun untuk jangka waktu yang lebih pendek)
22. Apakah pernah terjadi kematian yang secara ilmiah ternyata disebabkan karena terlalu banyak vitamin A?
Belum pernah dilaporkan terdapatnya kasus kematian akibat keracunan vitamin A pada manusia. Perlu diingat bahwa kekurangan vitamin A justru merupakan faktor besar dalam kematian anak, yang dapat dengan mudah diatasi dengan pemberian satu kapsul vitamin A dosis tinggi tiap 6 bulan sekali pada anak usia 1 - 5 tahun

 

 

Kamis, 19 Desember 2013

TUGAS KOMPUTER




FREQUENCIES VARIABLES=DIDIK KERJA DARAH SEX PERNAH FUNDUS UKURTB TENSI TFE TT AKSEPTOR KSEPSI ALASAN RENCANA N5E N6D   /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created
11-Dec-2013 15:44:46
Comments

Input
Data
F:\IMY_QUEZ\3A13\HIPERTENSI.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File
5820
Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax
FREQUENCIES VARIABLES=DIDIK KERJA DARAH SEX PERNAH FUNDUS UKURTB TENSI TFE TT AKSEPTOR KSEPSI ALASAN RENCANA N5E N6D
/ORDER=ANALYSIS.

Resources
Processor Time
0:00:00.047
Elapsed Time
0:00:00.046


[DataSet1] F:\IMY_QUEZ\3A13\HIPERTENSI.sav



Statistics


Pendidikan Formal
Pekerjaan Ibu Res
Golongan Darah
Jenis kelamin Balita
Pemeriksaankehamilan
N
Valid
5820
5820
5820
5820
5820
Missing
0
0
0
0
0

Statistics


Diukur tinggi fundus (Y/T)
Diukur TB (Y/T)
Diukur tensi (Y/T)
Diberi tablet Fe(Y/T)
Diimunisasi TT(Y/T)
N
Valid
5130
5130
5130
5130
5130
Missing
690
690
690
690
690

Statistics


Akseptor KB (Y/T)
Kontrasepsi yang dipakai
Alasan tidak ber-KB
Rencana T4 melahirkan
N
Valid
5820
4062
1757
5820
Missing
0
1758
4063
0

Statistics




N
Valid
5820
5820
Missing
0
0



















Frequency Table

Pendidikan Formal


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
BH/SD
175
3.0
3.0
3.0
SLTP
838
14.4
14.4
17.4
SLTA
3222
55.4
55.4
72.8
P.Tinggi
1585
27.2
27.2
100.0
Total
5820
100.0
100.0

  • Pendidikan responden yang paling banyak adalah SLTA
  • Hanya 175  responden  yang pendidikannya  BH/SD sederajat

Pekerjaan Ibu Res


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
PNS
930
16.0
16.0
16.0
Swasta
1361
23.4
23.4
39.4
Wiraswasta
1177
20.2
20.2
59.6
Pedagang
864
14.8
14.8
74.4
Buruh/Tani
333
5.7
5.7
80.2
lain2
1155
19.8
19.8
100.0
Total
5820
100.0
100.0

  • Kurang dari seperempat pekerjaan ibu yang PNS
  • Hanya  333 orang  responden bekerja sebagai buruh/ tani





Golongan Darah


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
A
2225
38.2
38.2
38.2
AB
1305
22.4
22.4
60.7
B
1022
17.6
17.6
78.2
O
1268
21.8
21.8
100.0
Total
5820
100.0
100.0

  • Hampir semua responden bergolongan darah A
  • Golongan darah responden yang paling sedikit adalah golongan darah B.

Jenis kelamin Balita


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
laki-laki
2670
45.9
45.9
45.9
perempuan
3150
54.1
54.1
100.0
Total
5820
100.0
100.0

  • Lebih dari separoh jenis kelamin balita responden adalah perempuan
  • Dari seluruh responden 54.1% responden berjenis kelamin perempuan.

Pemeriksaan kehamilan


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Ya
5130
88.1
88.1
88.1
Tidak
690
11.9
11.9
100.0
Total
5820
100.0
100.0

  • Hampir semua responden yang memeriksakan kehamilannya
  • Kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya lebih tinggi mencakup 88.1%.




Diukur tinggi fundus (Y/T)


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Tidak
56
1.0
1.1
1.1
Ya
5074
87.2
98.9
100.0
Total
5130
88.1
100.0

Missing
System
690
11.9



Total
5820
100.0


  • Dari seluruh reponden hanya 56 orang yang tidak diukur TF Unya.
  • Standar pelayanan kebidanan di pelayanan kesehatan saat survey pada ibu yang mempunyai balita sudah tercapai dibuktikan lebih dari 80% telah diukur tinggi fundusnya saat pemeriksaan kehamilan

Diukur TB (Y/T)


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Tidak
102
1.8
2.0
2.0
Ya
5028
86.4
98.0
100.0
Total
5130
88.1
100.0

Missing
System
690
11.9



Total
5820
100.0



  • Dari 5820 responden hanya 102 responden yang tidak diukur tinggi badan saat pemeriksaan
  • Pemeriksaan antropometri pada ibu hamil sudah tercapai, karena lebih dari ¾ populasi saat hamilnya ibu diukur Tinggi badan






Diukur tensi (Y/T)


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Tidak
17
.3
.3
.3
Ya
5113
87.9
99.7
100.0
Total
5130
88.1
100.0

Missing
System
690
11.9



Total
5820
100.0


  • Dalam pemeriksaan kehamilan, standar pelayanan yang diberikan telah baik karena hanya 17 orang  yang tidak diukur tekanan darah responden
  • Dari 5820 orang ibu hamil,  80% ibu hamil telah di ukur tensinya..

Diberi tablet Fe(Y/T)


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Tidak
289
5.0
5.6
5.6
Ya
4841
83.2
94.4
100.0
Total
5130
88.1
100.0

Missing
System
690
11.9



Total
5820
100.0


  • Pemberian tablet Fe dalam pemeriksaan kehamilan sudah efektif karena hanya 5 % yang tidak mendapatkannya
  • Saat pemeriksaan kehamilan lebih dari 80% ibu mendapatkan tablet Fe.









Diimunisasi TT(Y/T)


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Tidak
395
6.8
7.7
7.7
Ya
4735
81.4
92.3
100.0
Total
5130
88.1
100.0

Missing
System
690
11.9



Total
5820
100.0



  • Dari 5820 responden ibu yang melakukan penimbangan balita hanya 395 responden yang tidak melakukan imunisasi TT
  • Pencegahan infeksi tetanus telah dilakukan oleh pelayanan kesehatan dibuktikan lebih dari ¾ populasi yang memdapatkan imunisasi TT

Akseptor KB (Y/T)


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Tidak
1758
30.2
30.2
30.2
Ya
4062
69.8
69.8
100.0
Total
5820
100.0
100.0

  • Responden dalam penimbangan balita sudah berperan aktif dalam pemakaian kontrasepsi dibuktikan lebih dari separoh yang menjadi akseptor KB
  • Keterpaparan kontrasepsi pada responden yang mempunyai balita sudah tinggi karena kurang dari 1/3 responden yang tidak menggunakan KB








Kontrasepsi yang dipakai


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
IUD
1283
22.0
31.6
31.6
Kondom
544
9.3
13.4
45.0
PIL
1621
27.9
39.9
84.9
Susuk
367
6.3
9.0
93.9
Lain2
247
4.2
6.1
100.0
Total
4062
69.8
100.0

Missing
System
1758
30.2



Total
5820
100.0


  • Responden paling banyak mengkosumsi alat kontrasepsi pil.
  • Hanya 367 responden yang menggunakan alat kontrasepsi susuk.

Alasan tidak ber-KB


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
masih ingin punya anak
977
16.8
55.6
55.6
dilarang suami
526
9.0
29.9
85.5
tidak sesuai dengan keinginan
222
3.8
12.6
98.2
Lain2
32
.5
1.8
100.0
Total
1757
30.2
100.0

Missing
System
4063
69.8



Total
5820
100.0


  • Responden yang tidak memakai KB dikarenakan tidak ingin memiliki anak lagi.
  • Masih ingin punya anak adalah alasan utama responden untuk tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi




Rencana T4 melahirkan


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
RSB/RSU
1695
29.1
29.1
29.1
PKM/Pustu
1233
21.2
21.2
50.3
Nakes
2676
46.0
46.0
96.3
Dukun
173
3.0
3.0
99.3
Lain2
43
.7
.7
100.0
Total
5820
100.0
100.0

  • Sebagian besar responden ingin merencanakan tempat persalinan di tenaga kesehatan
  • Pada pemeriksaan bumil hanya 3 % yang ingin merencanakan kelahiran anaknya di dukun.



Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid

5571
95.7
95.7
95.7
COITUS INTERUPTUS
1
.0
.0
95.7
IMPLANT
9
.2
.2
95.9
KALENDER
19
.3
.3
96.2
KONTRASEPSI ALAMI
2
.0
.0
96.3
MENGHITUNG KALENDER
1
.0
.0
96.3
METODE KALENDER
11
.2
.2
96.5
SISTEM KALENDER
2
.0
.0
96.5
SUNTIK
174
3.0
3.0
99.5
SUNTIK 1 BULAN
10
.2
.2
99.7
SUNTIK 3 1 BULAN
1
.0
.0
99.7
SUNTIK 3 BULAN
18
.3
.3
100.0
SUNTUK
1
.0
.0
100.0
Total
5820
100.0
100.0

  • Kontrasepsi yang paling sering diguankan adalah suntik.
  • Hanya 2 responden  dari 5820 yang menggunakan sistem kalender.



Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid

5788
99.5
99.5
99.5
DILARANG ORANG TUA
1
.0
.0
99.5
IBU BELUM PUNYA ANAK
1
.0
.0
99.5
INGIN PUNYA ANAK
10
.2
.2
99.7
INGN PUNYA ANAK
1
.0
.0
99.7
KURANG YAKIN
1
.0
.0
99.7
MENJARANGKAN KEHAMILAN
5
.1
.1
99.8
MENUNDA KEAHMILAN
1
.0
.0
99.8
MENUNDA KEHAMILAN
8
.1
.1
99.9
TAKUT
1
.0
.0
99.9
TAKUT MEMAKAI KB
1
.0
.0
100.0
TIDAK PUNYA UANG
2
.0
.0
100.0
Total
5820
100.0
100.0

  • Alasan utama responden tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi adalah karena responden masih ingin punya anak
  • Masih ada 1 orang dari 5820 responden yang dilarang orang tua untuk menggunakan alat kontrasepsi



Statistics


Umur Ibu (tahun)
TB ibu (cm
BB ibu (kg)
TDSistolik
Diastolik
Kadar HB (mm/dl)  Sebelum hamil
Kadar HB saat ini
Umur Balita (bln)
BB balita(kg)
TB balita(cm)
Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan
Indeks Massa Tubuh Ibu
N
Valid
5820
5820
5820
5820
5820
5820
5820
5820
5820
5820
5130
5820
Missing
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
690
0
Mean
27.90
157.602
58.428
117.80
77.39
11.314
11.116
29.48
12.836
87.227
5.08
23.5314
Median
27.00
157.000
57.000
120.00
80.00
11.200
11.000
29.00
13.000
88.000
4.00
23.0532
Mode
26
156.0
56.0
120
80
11.0
11.0
32
13.0
80.0
4
23.01
Std. Deviation
4.270
5.9985
7.1688
9.781
9.609
.7872
.7137
12.789
4.3471
13.9279
4.208
2.67686
Skewness
.814
.359
.693
1.397
.986
.924
.003
.049
.351
-.195
9.426
.852
Std. Error of Skewness
.032
.032
.032
.032
.032
.032
.032
.032
.032
.032
.034
.032
Kurtosis
.967
.296
.808
7.263
3.584
4.927
6.146
-.584
-.273
-.206
135.106
1.126
Std. Error of Kurtosis
.064
.064
.064
.064
.064
.064
.064
.064
.064
.064
.068
.064
Minimum
15
138.0
36.0
90
60
8.0
7.0
0
3.0
50.0
1
14.61
Maximum
45
180.0
88.0
190
130
18.0
18.2
59
25.0
125.0
91
36.68





KOMENTAR
  1. Umur responden dalam penelitian ini berkisar antara 15 tahun sampai 45 tahun dengan rata-rata 27,9 (±4,27) tahun
  2. Tinggi badan responden dalam penelitian ini berkisar antara 138 sampai 180 cm dengan rata-rata 157 (±5,99) cm
  3. Berat badan responden dalam penelitian ini berkisar antara 36 kg sampai 88 dengan rata-rata 57 (±7,16) kg
  4. TDSistolik responden dalam penelitian ini berkisar antara 90 Mmhg sampai 190 Mmhg dengan rata-rata 117.80 (9.781) Mmhg
  5. TD Diastolik responden dalam penelitian ini berkisar antara 60 mmHg sampai 130 mmHg dengan rata-rata 77.39 (9.609) mmHg
  6. Kadar HB (mm/dl) Sebelum hamil responden dalam penelitian ini berkisar antara 8 mmHg sampai 18 mmHg dengan rata-rata 11.314 (0.7872) mmHg
  7. Kadar HB saat ini  responden dalam  penelitian ini berkisar antara 7 mm/dl sampai 18,2 mm/dl dengan rata-rata 11.116 (0.7137) mm/dl
8.      Umur Balita dalam penelitian ini berkisar antara 0 bulan sampai 59 bulan dengan rata-rata  29.4812.789) tahun
9.      Berat badan Balita dalam penelitian ini berkisar antara 3 kg sampai 25 kg dengan rata-rata 13(±4.3471) kg
10.  Tinggi Badan Balita dalam penelitian ini berkisar antara 50 cm sampai 125 cm dengan rata-rata 87.22713.9279) cm
  1. Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan dalam penelitian ini berkisar antara 1 kali  sampai 91 kali dengan rata-rata 5.084.208) cm
  2. Indeks Massa Tubuh Ibu dalam penelitian ini berkisar antara 14.61 sampai 36.68 kali dengan rata-rata 23.53142.67686) cm